PEMBELAJARAN SASTRA BERBASIS KEARIFAN LOKAL DALAM DUA PROSA AWAL DI INDONESIA
Abstract
Makna lokalitas dalam karya-karya sastra yang terbit pada pertengahan abad ke-19, harus dikaitkan dengan geopolitik Hindia Belanda. Setidak-tidaknya melalui dua prosa, yaitu Pantoon Melaijoe sama Tjerita Aneh-aneh karya H.G.L. yang terbit tahun 1858 dan Saridin, Satoe Tjerita Boeat Djadi Pengadjaran karya Voorneman yang terbit tahun 1862, dapat diperoleh beberapa ekspresi kearifan lokal yang cendekia maupun yang jenaka. Berdasarkan kenyataan tersebut, membaca kembali karya-karya awal dalam khazanah sastra Indonesia ini selain membangkitkan kesadaran eksistensialistis akan keberadaan sastra Indonesia yang senyatanya, pembaca sekarang niscaya juga akan memperoleh “kemajuan teknologi” yang dalam beberapa faset dapat dikatakan sebagai modern. Tentang teknik menyiasati pemupukan tanaman kopi, cara menyimpan uang yang aman di rumah, atau siasat berkomunikasi yang cerdas, dan beberapa aspek lagi, tidak pelak merupakan realitas masa lalu yang mustahil dikesampingkan. Dengan metode pembacaan dekat dan pemanfaatan data-data sosiologis masa penjajahan, artikel diharapkan mampu memberikan penyadaran dan pemahaman baru akan dua khazanah sastra penting yang selama ini terlupakan atau bahkan sengaja diabaikan akibat politik sastra yang masih kolonialistis.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Adam, A. (2003). Sejarah awal pers dan kebangkitan kesadaran keindonesiaan. Terj. A. Loebis dan M. Joebhaar. Jakarta: Hasta Mitra, Pustaka Utan Kayu, Perwakilan KITLV-Jakarta.
Barthes, R. (1981). Theory of the text, Untying the ext: A post-structuralist reader, ed. R. Young, terj. I. McLeod. London: Routledge.
Bogdan, R. dan Taylor, S.J. (2015). Introduction to qualitative research: A guidebook and resource. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
Budianta, M. (2005). Kolase multikultural sang tukang cerita: Cerpen Indonesia 1870-an—1910-an. Nona koelit koetjing: Antologi cerita pendek Indonesia periode awal (1870-an—1910-an). Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.
Burke, B.A. (2016). A close look at close reading: Scaffolding students with complex texts dalam https://nieonline.com; diunduh dalam bentuk pdf, 25 Mei 2018.
Friedman, J. (1989). Culture, identity, and world process. Review, Vol. 12 No. 1, 51-69.
Giddens, A. (2004). The consequences of modernity. Cambridge: Polity Press.
Lincoln, Y.S. dan Guba, E.G. (1985). Naturalistic inquiry. Sage. https://doi.org/10.1016/0147-1767(85)90062-8.
Mrazek, R. (2002). Engineers of happy land: Technology and nationalism in a colony. New Jersey: Princeton University Press.
Penders, C.L.M. (1977). Indonesia selected documents on colonialism dan nationalism, 1930-1942. Queensland: University of Queensland Press.
Raharjo, S., Supardi, N., Kusuma, E. (2019). Menabung membangun bangsa. Jakarta: Direktorat Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Sibarani, R. (2003). Fenomena bahasa pelesetan dalam bahasa Indonesia. Linguistik Indonesia: Jurnal Ilmiah Masyarakat Lingusitik Indonesia, 253—267. http://linguistik-indonesia.org
Sidharta, M. (1989). 100 tahun Kwee Tek Hoay: Dari penjaja tekstil sampai ke pendekar pena. Jakarta: Sinar Harapan.
_________. (2000). Kesastraan Melayu Tionghoa. Kompas, 4 Maret.
Sumardjo, J. (1981). Sumbangan golongan Tionghoa dalam sastra Indonesia. Sinar Harapan.
_________. (1983a). Perkembangan sastra Melayu rendah (1), (2). Pikiran Rakyat, 2 Maret.
_________. (1983b). Sastra Melayu-rendah Indonesia. Horison, XIII (7), 325—6.
Suryadinata, L. (ed. 1996). Sastra Peranakan Tionghoa Indonesia. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
_________. (2009). Kesusastraan Tionghoa dalam terjemahan Melayu/Indonesia dahulu dan sekarang. Sadur: Sejarah terjemahan di Indonesia dan Malaysia, ed. H. Chambert-Loir. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, École française d’Extrême-Orient, Forum Jakarta-Paris, Pusat Bahasa, Universitas Padjadjaran.
Sykorsky, W.V. (1980). Some additional remarks on the antecedents of modern Indonesian literature,” Bijdragen tot de Taal-, Land-, en Volkenkunde, 136 (4e).
Watson, C.W. (1971). Some preliminary remarks on the antecedents of modern Indonesian literature. Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde, 127, No. 4.
DOI: https://doi.org/10.37905/psni.v3i0.104
Refbacks
- There are currently no refbacks.
e-ISSN: 2988-4357
PROSIDING SEMINAR NASIONAL DAN INTERNASIONAL
HIMPUNAN SARJANA-KESUSASTRAAN INDONESIA (HISKI) INDEXED BY: